Jumat, 04 Maret 2011

Artikel tentang Profesionalisme Dalam Penelitian oleh Ecko


Nama             : Eko Ariyanto
NIM               : 3501408025
Rombel          : 01 (satu)
M.K.              : Penulisan Karya Ilmiah

PROFESIONALISME DALAM PENELITIAN


Profesionalisme dalam penelitian ditandai oleh penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan untuk mengetahui keadaan lingkungan realita empiris, baik fisik maupun sosial. Dalam hal ini yang dimaksud dengan penelitian adalah jenis penelitian ilmiah, yang karenanya harus mengikuti kaedah-kaedah ilmiah, termasuk sumber informasi yang dipilih secara ilmiah dan dianalisa secara ilmiah kemudian hasilnya dipertanggung jawabkan kepada publik melalui publikasi. Pentingnya publikasi adalah kemungkinan adanya tantangan replikasi oleh pihak lain, syarat mutlak dari penelitian ilmiah yang profesional.
Permintaan untuk menulis tentang Profesionalisme dalam Penelitian merupakan tantangan yang menarik, terutama pada waktu ini, dunia penelitian terasa pada persimpangan jalan. Banyak yang mengaku melakukan dan menghasilkan penelitian. Namun, hingga kini jarang ada hasil penelitian orang Indonesia yang diterbitkan dalam majalah internasional yang dijadikan referensi secara internasional pula. Sementara para akademisi yang bernaung di lembaga pendidikan tinggi terus ditantang melakukan Penelitian sebagai salah satu tugas Tri Dharma. Seperti suatu penduduk di negara lain, sebenarnya cukup banyak orang Indonesia yang sangat pandai. Hal ini ditunjukkan oleh keberhasilan anak-anak Indonesia meraih medali emas dalam berbagai Olympiade ilmiah. Namun, yang bersangkutan mengajar dan berkarya tidak di Indonesia tetapi di Cornell University di Amerika Serikat, di mana usaha penelitiannya terus berkembang.
Kalau demikian, maka ada ‘sesuatu’ dalam dunia akademis kita yang menghambat pengembangan dunia ilmu pengetahuan. Pendapat umum mengatakan bahwa penyebabnya terletak pada masalah finansial, bahwa penelitian kurang lukratif, kurang menghasilkan uang. Dengan pendidikan makin berkembang sebagai industri yang lukratif (ada yang menyebutnya komersial), berkembang pula kesempatan mengajar, di luar tugas utama seorang dosen berkaitan dengan kepegawaiannya. Pengajaran demikian langsung diberi imbalan tambahan untuk setiap kali seorang datang mengajar, secara kasar seperti kuli jam-jam-an. Tentu saja, karena manusia tergerak pada insentif moneter, tidak mengherankan bahwa dosen tergerak memperoleh imbalan yang mudah di depan mata, lebih ahli mengajar berdasar komunikasi lisan, dan makin enggan melakukan penelitian yang hasilnya harus ditulis dan diterbitkan dalam majalah ilmiah, suatu usaha besar yang hasil moneternya sering kurang sepadan dibanding dengan mengajar.

Peneliti Profesional
Berbagai pengertian profesionalisme. Dalam bidang sport misalnya, atlit profesional dikontraskan dengan atlit amatir. Bedanya pegolf atau petenis profesional bertanding untuk memenangkan hadiah uang sedangkan kemenangan amatir tidak selalu menghasilkan imbalan moneter. Atau, pernyataan yang sering terdengar tentang kurang profesionalnya suatu hasil umumnya dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksud adalah bahwa hasilnya, kurang atau tidak baik, kurang bermutu. Pernyataan serupa tidak terbatas pada hasil penelitian tetapi digunakan untuk berbagai hasil, apakah kegiatan olah raga, kesenian, seminar, akademis, dan sebagainya.
Tentu saja penelitian tidak hanya dilakukan untuk merumuskan kebijakan pemerintah daerahnya. Pernyataan demikian agak sempit, agak lokal. Pejabat tersebut mungkin tidak tahu bahwa aturan keilmiahan penelitian terletak pada universalisme dari pengetahuan dan penemuan realita dunia. Di samping itu perlu diingat bahwa hasil penelitian tidak secara langsung menghasilkan kebijakan yang langsung dapat diterapkan. Biasanya kalaupun suatu penelitian menghasilkan penilaian tentang perlunya kebijakan baru atau perbaikan kebijakan yang ada, hasilnya masih harus diterjemahkan menjadi kebijakan yang sesuai, yang tidak pasti merupakan keahlian peneliti bersangkutan.

Penelitian untuk Mencari Kebenaran Bukan Pembenaran
Intinya seorang ilmuan peneliti bertujuan mencari kebenaran tentang lingkungan empirisnya bukan mencari pembenaran. Jadi, jika seseorang mengaku dirinya seorang peneliti yang ingin menyenangkan kliennya dengan membenarkan kesimpulan kehendak kliennya bukan menghasilkan kesimpulan sesuai dengan fakta empiris yang diperoleh secara ilmiah, maka tentu saja yang bersangkutan bukanlah seorang peneliti ilmuan. Ada pula yang mengaku melakukan penelitian dengan tujuan menyampaikan ‘hasil temuan di lapangan atau bukti empiris’ yang telah dipilah-pilah sesuai dengan pendapat yang telah terbentuk sebelumnya (preconceived ideas).
Tentu saja penelitian demikian tidak dapat disebut penelitian ilmiah dan peneliti dan/atau lembaga pendukungnya tidak dapat disebut memiliki integritas ilmiah.
Pencarian pembenaran bukan kebenaran banyak didukung oleh penelitian yang sayangnya juga dilakukan oleh staf akademis. Sering terdengar bahwa ketidak sediaan memberikan kesimpulan yang membenarkan kehendak klien akan berakibat pada tidak akan adanya kelanjutan dari hubungan mesra dengan klien, atau bahasa lain yang sering digunakan adalah ‘nanti tidak dapat proyek lagi’. Pengalaman pribadi penulis yang didorong oleh pimpinan agar menyesuaikan kesimpulan dengan kehendak klien tetapi tidak dilakukan oleh penulis dan penulis tidak tahu, dan juga tidak ingin tahu, hasil akhir laporan penelitian tersebut. Pada waktu itu banyak pejabat berkepentingan memberikan kredit, yang cukup lukratif untuk pemberi kredit dari ‘komisi’ yang dapat diperolehnya. Namun, hasil penelitian terhadap usaha kecil dan menengah berkesimpulan bahwa kebutuhan utama pengusaha bukanlah kredit melainkan bantuan pemasaran, yang sayangnya tidak dapat diberikan oleh klien bersangkutan, dan juga kurang lukratif. Walaupun demikian, penulis tidak merasakan akibat negatif ‘tidak dapat proyek lagi’ karena hingga sekarang selama berpuluh tahun penulis tetap menjadi peneliti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar