Jumat, 04 Maret 2011

INOVASI PEMBELAJARAN by Ecko part 2

Beberapa teknik pembelajaran kooperatif:
a. Metode STAD
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins.Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu,baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student teams achievement division (STAD). Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang.
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.
4) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.
5) Pembahasan kuis
6) Kesimpulan
b. Metode Jigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari universitas Texas.
Langkah-langkah metode jigsaw:
1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya ± 4 orang.
2) Penyajian materi dan setiap siswa diberi waktu untuk mempelajarinya.
3) Para anggota dari beberapa tim bergabung menjadi satu untuk mengkaji bagian yang sama.
4) Selanjutnya para siswa bergabung dengan kelompknya kembali untuk mengajar anggota lain tentang materi yang diperoleh.
5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams” para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
c. Metode GI (Group Investigation)
Santyasa mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John dewey tentang pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Menurut Winataputra (1992:39) model GI atau investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis.
Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah. Menurut Winataputra (1992:63) sifat demokrasi dalam kooperatif tipe GI ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.
Ibrahim, dkk. (2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe GI guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
1) Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini: 1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, 2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
Misalnya:
a) Dalam sub pokok bahasan turunan fungsi aljabar, sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, guru menyampikan topik yang akan diinvestigasi seperti: (a) Bila y = c maka y’= 0 (c konstanta), (b) Bila y = ax maka y’ = a (a konstanta), dan (c) Bila y = axn maka y’ = a.n.xn-1 (a dan n konstanta)
b) Setelah penyampaian topik bahasan yang akan diinvestigasi: (a) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih topik yang menarik untuk dipilih dan membentuk kelompok berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, (b) Guru membatasi anggota kelompok 4 sampai 5 orang dengan cara mengarahkan siswa dan memberikan suatu motivasi kepada siswa supaya bersedia membentuk kelompok baru dan memilih topik.
2) Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: (1) Apa yang mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan melakukan apa? (4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?
Misalnya pada topik Bahasan, Bila y = c maka y’= 0 dimana c konstanta, pada tahap ini: 1) siswa belajar tentang turunan fungsi yang nilainya konstan, 2) siswa belajar dengan menggali informasi, bekerjasama dan berdiskusi, 3) siswa membagi tugas untuk memecahkan masalah topik tersebut, mengumpulkan informasi, menyimpulkan hasil investigasi dan mempresentasikan di kelas, dan (4) siswa belajar untuk mengetahui sifat turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan.
3) Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Misalnya: 1) siswa menemukan cara-cara pembuktian sifat turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan, 2) siswa mecoba cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumuplan informasi terkait dengan topik bahasan yang diselidiki, dan 3) siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau langkah dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang diselidiki.
4) Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
Misalnya: 1) siswa menemukan bahwa turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan nilainya adalah 0 jadi rumus yang diberikan terbukti, 2) siswa menemukan bahwa turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan nilainya adalah 0 yang dibuktikan dengan definisi turunan dan limit fungsi, 3) siswa membagi tugas sebagai pemimpin, moderator, notulis dalam presentasi investigasi.
5) Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1) penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, (3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Misalnya: 1) siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, 2) siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, 3) siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.
6) Tahap evaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Misalnya: 1) siswa merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, 2) siswa menggabungkan tiap topik yang diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, 3) guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.


d. Metode Struktural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawan.Metode structural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa.Struktur-struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja sama saling bergantung dalam kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur tujuannya untuk mengajarkan ketrampilan social. Beberapa teknik dari metode structural antara lain:
1) Mencari Pasangan
Teknik belajar ini dikembangkan oleh Larana Curran (1994).Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah teknik pembelajaran mencari pasangan
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep yang mungkin cocok untuk sesi review.
b) Setiap siswa mendapat satu buah kartu
c) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
d) Siswa bisa juga bergabung dengan dua / tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.
e) Dalam setiap siswa mendiskusikan menyelesaikan tugas secara bersama-sama.
f) Presentasi hasil kelompok atau kuis.
2) Bertukar Pasangan
Teknik belajar ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain.
Langkah-langkahnya:
a) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan
b) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakannya
c) Setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan lain
d) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan
e) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula.
3) Berkirim soal dan salam
Teknik belajar ini mengajar berkirim soal dan salam memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan ketrampilan mereka. Kegiatan berkirim soal dan salam cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian.
Langkah teknisnya:
a) Guru membagi siswa dalam kelompok dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain.
b) Kemudian salah satu anggota mengirimkan salam dan soal dari kelompoknya.
c) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
d) Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokan dengan jawaban yang membuat soal.
4) Bercerita Berpasangan
Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara . Bahan mata pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Pada teknik ini , guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinatif. Buah pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar.
5) Dua Tinggal Dua Tamu
Teknik belajar dua tinggal dua tamu dan bisa digunakan bersama dengan teknik kepala nomor. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Langkah-langkahnya :
a) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat
b) Siswa bekerja sama dalam kelompok tersebut
c) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke dua kelompok lain
d) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu
e) Tamu kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
f) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka
6) Keliling Kelompok
Dalam kegiatan keliling kelompok , masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi pada mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.
Langkah-langkahnya:
a) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan kontribusi mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
b) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
c) Demikian seterusnya.
7) Kancing Gemerincing
Dalam kegiatan kancing gemerincing , masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
Langkah-langkahnya:
a) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing
b) Sebelum kelompok memulai tugasnya , setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapakatkan dua/ tiga buah kancing
c) Setiap kali seorang siswa berbicara, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah-tengah
d) Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan
e. model TGT ( Teams Games Tournaments )

Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut mereka memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman budaya, gender, sosial-ekonomi, dll.Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke tengah masyarakat.
Ada 6 langkah utama di dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, demikian diungkapkan oleh Streeter, 1999. Keenam langkah itu adalah: pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini kemudian diikuti oleh penyajian informasi baik berupa bahan bacaan maupun informasi verbal lainnya. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok belajar. Tahap ini selanjutnya diikuti dengan bimbingan oleh guru pada saat siswa belajar dalam kelompok. Lalu, guru memberikan evaluasi tentang hal-hal yang telah mereka pelajari dan kemudian memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi. Salah satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments). Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai reviu materi pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar